Sabtu, 29 Agustus 2009

Kerusakan Lingkungan

KULIAH KE-1:
Dampak Lingkungan
Akibat Kegiatan Manusia
Oleh:
Prof Dr.Ir.Soemarno,M.S.
I.                       Perubahan Lingkungan:
Alami dan Buatan Manusia
Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini ada tiga istilah yang masih saling berkaitan, yaitu "Lingkungan, Ekosistem, dan Kualitas Hidup", banyak digunakan untuk melukiskan isu-isu patriotisme yang dapat menggu­gah emosi.  Istilah-istilah ini jarang didefinisikan, barangkali karena  makna-makna "kamusial" seperti itu tidak cukup mencerminkan gema simbo­liknya secara memadai.  Kita tidak akan berhenti dengan tradisi seperti ini, tetapi para pembaca buku ini akan diarahkan oleh konsteks di dalam mana istilah-istilah tersebut digunakan; misalnya saja akan dibuat refer­ensi-referensi bagi lingkungan fisik, biologi, dan sosial-ekonomi. Pada pokoknya kita akan memu-satkan perhatikan pada lingkungan bio-geofisik, dan pengaruh-pengaruh kegiatan manusia terhadapnya. 
Dalam kondisi tidak ada manusia sekalipun, lingkungan alami pasti mengal­ami perubahan-perubahan secara kontinyu. Hal ini mungkin saja berlang­sung dalam jangka waktu ratusan juta tahun, seperti misalnya terangkat­nya kontinental dan pembentukan gunung api; atau dalam jangka waktu puluhan ribu tahun seperti  Jaman Es dan perubahan per-mukaan air laut yang menyertainya; atau dalam jangka waktu ratusan tahun seperti halnya eutrofikasi alami dan siltasi danau-danau dangkal; atau bahkan  dalam jangka waktu beberapa tahun, seperti kalau koloni binatang "beaver" mengubah lahan kering menjadi rawa-rawa.  Sebagian dari perubahan-peruba­han alami tersebut bersifat tidak dapat balik (irreversible) seperti eutrofikasi danau, sedangkan lainnya bersifat siklis seperti siklus klimatik tahunan, atau transien seperti kekeringan.
Bersamaan dengan perubahan-perubahan lingkungan secara alami tersebut juga terjadi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Bahkan pada tingkat budaya masyarakat pemburu dan pengumpul hasil hutan, penggunaan api telah memodifikasi beberapa lingkungan alami.  Kemudian dengan domestikasi hewan dan introduksi pertanian, efek-efek dari kegia­tan-kegiatan ini menjadi lebih luas, terutama kalau semakin banyak manu­sia yang terlibat. Laju perubahan tersebut meningkat dengan berkem-bang­nya industri karena tenaga otot digantikan dengan enerji yang berasal dari bahan bakar fosil hingga beberapa dekade terakhir ini.  Dampak manusia telah mencapai  intensitas yang tidak diharapkan dan mempengaruhi seluruh dunia, karena jumlah penduduk meningkat dengan pesat dan konsumsi setiap kapita yang lebih tinggi.
Gambar 1.1. Pemanfaatan sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan
Gambar 1.2.  Kerugian primer dan sekunder akibat pencemaran
Intervensi manusia, misalnya dengan jalan penebangan hutan, penambangan, pembangunan bendungan besar dan diversi sungai, telah menjadi suatu gaya yang berskala geologis.  Terlepas dari banyaknya  batuan dan material bumi yang dipindahkan setiap tahun dalam berbagai aktivitas pertambangan, konstruksi jalan raya, dan lain-lainnya, pengaruh pada aliran air dan pengisian kembali air bumi mungkin menjadi sangat penting.  Kita hanya mengetahui sedikit sekali siklus-siklus bio-geokimia alami untuk menduga konsekuensi-konsekuensi yang sesungguhnya dari gangguan-gangguan terse­but. Usulan-usulan dari beberapa "Futurist" untuk mendapatkan mineral dari bijih yang kua-litasnya sangat rendah harus diteliti dengan sangat hati-hati; dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbahnya bisa sangat serius.
Semakin meningkatnya kontrol manusia terhadap lingkungan hidupnya ser­ingkali menciptakan konflik-konflik antara sasaran-sasaran kemanusiaan dengan proses-proses alamiah.  Dalam rangka untuk mencapai hasil yang lebih banyak atau untuk tujuan-tujuan lainnya, manusia berupaya menyim­pangkan aliran enerji alamiah, mengabaikan proses-proses alami, memotong rantai makanan, menyederhanakan ekosistem, dan menggunakan banyak subsi­di enerji untuk  mempertahankan  kenyamanan keseimbangan yang artifisial.  Memang dalam beberapa kasus aktivitas-aktivitas ini dapat menciptakan  atau diperlukan untuk mempertahankan kondisi sekeliling yang dianggap perlu oleh manusia, seperti misalnya aspek-aspek tertentu di daratan Eropa, yang selu-ruhnya merupakan "buatan manusia" tetapi mencerminkan budidaya yang seksama selama banyak generasi.  Walaupun demikian sering terjadi konflik antara strategi-strategi yang memaksimumkan manfaat jangka pendek (misalnya hasil pangan selama lima tahun) dan yang memaksi­mumkan  manfaat jangka panjang (misalnya hasil yang lestari 50 tahun).  Hal yang pertama seringkali mengakibatkan penalti berupa degradasi ling­kungan yang sifatnya tidak dapat balik.  Ketidak-sesuaian antara ahli ekonomi dan ahli ekologi terutama terletak pada perbedaan perspektif waktu yang digunakannya; pada umumnya  5-10 tahun dianggap merupakan periode/jangka panjang oleh para ahli ekonomi, tetapi dianggap jangka pendek oleh para ahli ekologi.  Sedikit pertimbangan dan perhitungan dilibatkan dalam perhitungan ekonomis terhadap proses-proses lingkungan seperti kerusakan tanah yang lambat atau penurunan kapasitas akuifer.
Karena lingkungan alami berfluktuasi dengan waktu, kita tidak dapat dengan mudah membedakan perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh manu­sia.  Misalnya, suatu daerah binaan untuk pemukiman baru yang sedang dibangun pada hamparan terras yang kompleks.  Hal ini jelas akan mengubah  kondisi lingkungan fisik.  Tetapi untuk memahami perubahan-perubahan ini maka perlu mengetahui kondisi-kondisi apa saja yang juga akan mengalami perubahan seandainya pembangunan pemukiman tersebut tidak dilakukan. Memang tidak mudah untuk mengukur secara tepat kondisi lingkungan yang ada sekarang, demikian juga untuk menduga signifikansi kecenderungan-kecenderungan perubahan yang terjadi di masa lalu serta memproyeksikannya secara akurat ke masa yang akan datang. 
II.                    Dampak Lingkungan (DAL)
Dampak (L) penting  adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Perubahan mendasar ini meliputi tiga kelompok besar, yaitu:
(1).    Perubahan akibat suatu kegiatan yang (secara kumulatif) menghilangkan identitas rona lingkungan awal secara nyata.
(2).    Perubahan akibat suatu kegiatan yang menimbulkan ekses nyata pada kegiatan lain di sekitarnya
(3).    Perubahan akibat suatu kegiatan yang menyebabkan suatu rencana tata ruang (SDA) tidak dapat dilaksanakan secara konsisten lagi.
Cara penentuan Dampak lingkungan adalah:
(1).    Berdasarkan pengalaman empiris profesional (expert judgement)
(2).    Perubahan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan
(3).    Perubahan dibandingkan dengan sistem nilai, fasilitas, pelayanan sosial dan sumberdaya yang diperlukan.
Kriteria penentuan dampak penting adalah:
1.       Jumlah penduduk yang terkena dampak lingkungan
2.       Luas wilayah persebaran dampak lingkungan
3.       Lamanya dampak lingkungan berlangsung
4.       Intensitas dampak lingkungan
5.       Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak lingkungan
6.       Sifat kumulatif dampak lingkungan
7.       Reversibilitas /irreversibilitas  akibat dampak lingkungan.
Tingkat Pendugaan Dampak Lingkungan
Pola
Pendekat-an
Dasar
Metode
Manfaat
Peramal-an
Subyektif/
Intuitif
Spesifik
Eksplisit
Pandangan pakar
Analogi
Pendidikan bagi pe-ngambil keputusan, perencana dan ma-syarakat
Perkiraan
Kemungkinan
Konstan
Situasio-nal
Ekstrapolasi
Korelasi
Multi-regresi
Menentukan kecenderungan
Proyeksi
Menggam-barkan
kondisi
Konstan
Dampak
Korelasi
Model
Sensitivitas
Simulasi
Menentukan keperluan prasarana, sarana, pengendalian
Prospek
Eksplorasi
Imajinasi
Konstan
Obyektif
Analisis
Sistem
Menentukan ko-or-dinasi dalam kebi-jakan strategis dan alternatif.
Menaksir manfaat dan resiko Dampak
Perenca-naan
Norma
Otorisasi
Tunggal
Konstan
Sosekbud
Sistem
Model Statistik
Sintesis
Sistem
Pengambilan kepu-tusan terhadap alter-natif atas pertim-bangan:
1. Kelayakan
    ekonomis
2.Kemungkinan teknis
3. Kemampuan
    institusi
4. Kesesuaian
    lingkungan
2.1. Di Negara Sedang Berkembang
Pada bagian ini akan dibahas perbandingan beberapa macam dampak lingkungan  yang penting di negara-negara sedang berkembang dengan yang terjadi di negara industri, meskipun tidak diadakan pembedaan yang tegas di antara keduanya. Walaupun telah diketahui ada pengaruh-penga­ruh negatif terhadap lingkungan sebagai akibat dari intervensi manusia, namun pada kenyataannya pembangunan diperlukan untuk memper­baiki kesejahteraan sosial dan ekonomi masya rakat.  Kualitas hidup tidak dapat diperbaiki tanpa perkembangan ekonomi, dengan menjamin penyediaan  pangan dan jasa-jasa esensial di daerah-daerah yang laju pertumbuhan penduduknya tinggi.
Masalah yang sangat penting di daerah pembangunan ialah bagaimana penggu­naan lahan dan sumberdaya alam lainnya dengan sebaik-baiknya, tanpa mengakibatkan kerusakan atau degradasi yang disebabkan oleh proses- proses seperti pemupukan, pestisida, erosi, perkembangan gurun, atau meluasnya penyakit-penyakit yang berpangkal dari air dan perairan seperti tipus, desentri, hepatitis, dan cacing sistosomiasis. Kultivasi lahan secara berpindah, yang merupakan praktek umum di berbagai penjuru daerah tropika basah, dapat digunakan sebagai teladan ilustratif. Praktek seperti ini apabila tersedia cukup waktu akan memungkinkan ber­langsungnya regenerasi hutan, sehingga memungkinkan pemeliharaan dan pemulihan kesuburan tanah.  Pada masa lalu, faktor-faktor alami (budaya tabu, pandangan dan pola hidup tradisional, gangguan penyakit dan perang) telah berhasil mempertahankan keseimbangan sistem alami.  Akan tetapi dengan ditemukannya obat-obat modern dan nilai-nilai sosial yang baru, laju pertumbuhan penduduk telah meningkat pesat, rasio antara luas lahan dengan populasi penduduk telah menurun dan kondisi keseimbangan orisinal telah terganggu sedemikian rupa sehingga siklus kultivasi tidak memung­kinkan lagi pemulihan kesuburan tanah secara memadai.  Dalam banyak kasus bahkan tidak ada periode pemulihan kesuburan tanah, dan daerah-daerah yang sangat luas telah ditumbuhi oleh vegetasi sekunder dan telah menjadi tidak sesuai lagi untuk penggunaan pertanian.
Faktor lain yang telah mempersulit praktek pertanian berpindah ialah bahwa lahan-lahan luas yang secara tradisional dikuasai dan dimiliki oleh penduduk telah diambil alih pemerintah untuk memproduksi kayu hutan atau dikonversi menjadi daerah perkebunan.  Praktek-praktek seperti ini telah ikut menyebabkan lebih rendahnya rasio luas lahan pertanian dengan pupulasi penduduk.  Teknik-teknik pertanian "modern"  yang menggunakan jenis-jenis unggul serealia dan subsidi enerji pupuk dan pestisida telah mmenghancurkan struktur desa-desa tradisional karena terjadinya perubahan distribusi kesejahteraan.  Penduduk yang tidak mempunyai lahan terusir dari desa dan bermigrasi menuju kota-kota besar atau mendaki pegunungan.  Di kota-kota besar para imigran ini telah memperparah masalah pembuangan dan pengelo­laan limbah, penyediaan air bersih, kekurangan perumahan dan penganggu­ran.  Di pegunungan,  mereka telah menebang hutan untuk dipanen hasil kayunya dan dijual, serta membuka lahan-lahan baru untuk digarap; lahan- lahan marjinal ini yang biasanya terletak pada lereng yang curam telah digarap tanpa memperhatikan teknik-teknik konservasi tanah, sehingga erosi telah terjadi secara intensif dan mengakibatkan kemerosotan produk­tivitas tanah; disamping itu, perubahan-perubahan pada  pola aliran air dan siltasi juga telah membahayakan keletarian berbagai bangunan esensial di daerah aliran sungai.
Gambar   3.  Pencemaran sungai oleh industri
Gambar 4.  Pencemaran tanah dan air akibat pemupukan
Problem lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang jelas berkai­tan dengan pembangunan yang tidak seimbang.  Transfer teknik-teknik yang sekarang digunakan di negara-negara maju belum tentu merupakan cara terbaik untuk mengatasi problematik tersebut.
2.2.  Dampak Lingkungan di Negara Industri Maju
Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya lahan dan air masih menjadi prob­lem utama di negara-negara maju, misalnya dalam pembangunan kawasan perkotaan, jalan raya dan lapangan terbang, pemeliharaan kualitas danau dan estuaria, dan konservasi kawasan lindung. Sebagian besar dari prob­lem-problem tersebut berhu-bungan dengan banyaknya kebutuhan enerji dan air oleh in-dustri dan masyarakat konsumen. Problem-problem seperti ini masih dalam bentuk embrional di negara-negara yang sedang dan belum berkembang.  Hasil-hasil usahatani yang sangat besar  dari sistem perta­nian-industrial lazimnya bertumpu pada input enerji yang sangat besar; dan kekurangan air ( air masih dianggap sebagai "barang bebas") telah menyebabkan timbulnya masalah-masalah serius bagi sistem industri di berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat.  Di Amerika Serikat, dimana konsumsi enerji telah meningkat dua kali lipat setiap delapan atau sepuluh tahun, diproyeksikan kebutuhan air untuk pendingin pada periode 1980-an sekitar separuh dari aliran air permukaan yang normal di seluruh negeri.  Walaupun 95% dari air ini dikembalikan ke sungai, namun kualitasnya sudah tidak sama.  Temperaturnya yang lebih tinggi mengurangi jumlah oksigen yang dapat larut sehingga kapasitas air sungai untuk mengasimilasikan bahan organik juga menurun.  Kondisi seperti ini akan mendorong terjadinya degradasi struktur rantai makanan yang selan­jutnya akan  mengurangi jumlah oksigen terlarut dalam air, dan mengganggu stabilitas ekosistem akuatik.
Produksi bahan-bahan kimia yang baru telah mengintroduksikan bahaya-bahaya dan ketidak-pastian baru dalam masalah lingkungan hidup.  Pembuan­gan sejumlah besar substansi dapat-lapuk secara biologis (nitrat, deter­jen yang mengandung fosfat, dsb.) ke dalam lingkungan akuatik telah mempercepat eutrofikasi sungai dan danau, dimana bahan-bahan kimia ini  dan produk-produk pelapukannya terakumulasi.  Bahan kimia yang tidak dapat lapuk secara biologis mungkin kurang begitu menarik perhatian, namun sesungguhnya lebih berbahaya.  Sebagian bahan-bahan ini akan  terkonsentrasi pada saat mereka melalui rantai-rantai makanan (biomagni­fikasi) dan membahayakan kesehatan manusia dan ternak piaraannya, dan juga kehidupan bebas lainnya.
Episode-episode krisis seperti tragedi asap industri di London pada tahun 1952 menarik banyak perhatian dunia, tetapi polusi ringan yang berlang­sung berkepanjangan  jelas lebih serius mengancam kesehatan manusia dan mungkin juga dapat mengakibatkan perubahan perilaku manusia sebelum mengalami gangguan kesehatan secara fisik.  Memang perlu memusatkan perhatian kepada kesehatan dan kesejahteraan manusia, tetapi dampak penting lainnya juga harus mendapatkan perhatian secara propor­sional. 
Keracunan yang dialami oleh manusia secara akut dan kronis hanyalah merupakan salah satu bagian dari masalah polusi; polutan juga mempunyai implikasi untuk pemeliharaan biosfer jangka panjang.  Masalah-masalah jangka pendek biasanya lebih sederhana, dan sebagian dapat diselesaikan secara pragmatis dengan pembidangan yang lebih sempit.  Dampak polutan jangka panjang  biasanya penuh tipu muslihat, kronis dan seringkali bersifat komulatif.  Para ahli ekologis harus bertanya dampak apa saja yang dapat diakibatkan oleh polutan ini terhadap struktur ekosistem nasional dan terhadap keragaman biologis, dan apakah perubahan-perubahan seperti itu dapat mengancam kelestarian kehidupan jangka panjang.  Keper­cayaan yang dianut oleh sementara pihak, bahwa polusi terutama polusi udara  meru-pakan indeks yang sangat penting untuk mencerminkan kondisi "kualitas lingkungan" tampaknya terlalu sempit.  Banuak bentuk-bentuk degradasi lingkungan lainnya yang juga mempunyai signifikansi jangka panjang yang sama pen-tingnya atau bahkan lebih penting daripada polusi udara.
Selama periode akhir dari abad ini, manusia akan banyak meng gunakan sumberdaya alam bumi, dan  menangkap sejumlah enerji seperti yang dilaku­kannya selama masa evolusi manusia sebelumnya. Ekspansi ekonomis yang cepat tampaknya akan terus berlangsung di masa mendatang, walaupun per­tumbuhan jumlah penduduk  dan konsumsi material akan mengalami reduksi dalam jangka panjang.  Pertanyaan riil yang muncul ialah apakah  manusia dapat menyalurkan  sirkulasi sumberdaya yang fantastis ini  dengan cara yang akan lebih baik melayani kebutuhan manusia sambil memperhatikan proses-proses ekologi.  Dalam konteks ini, seni yang sedang berkembang tentang peramalan teknologi ("futures research") mungkin menjadi lebih penting  dalam megantisipasi  dampak buruk yang mungkin terjadi akibat teknologi baru, dan yang juga sama pentingnya ialah perkembangan-perkembangan yang telah siap mengek­sploitasi  peluang-peluang baru sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan yang secara kreatif memperhatikan masalah lingkungan. 

Gambar  5.  Emisi yang dilepaskan oleh bekerjanya mesin
Gambar 6.  Dinamika polutan oksida nitrogen di udara
"Futures Research" mungkin dapat membantu negara-negara maju dan negara sedang berkembang untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam program pemban­gunannya, baik dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi maupun sistem masyarakatnya.  Akan tetapi yang penting bahwa hal ini tidak mengabaikan konservativisme masyarakat manusia dan tekanan-tekanan sosial yang diaki­batkan oleh perubahan teknologi yang berlangsung dengan cepat.
III.   Respons Masyarakat Terhadap Perubahan Lingkungan
Walaupun banyak minat tentang  lingkungan hidup manusia yang memuncak dalam konferensi internasional tentang Lingkungan Hidup manusia tahun 1972 di Stockholm masih relatif baru, namun sebenarnya  telah berlangsung sejarah yang panjang tentang respons praktis terhadap berbagai macam gangguan-gangguan lingkungan hidup.  Meskipun sebagian masya rakat perta­nian kuno tampaknya telah mengalami penderitaan  yang diakibatkan oleh masalah erosi dan salinisasi, namun yang lainnya telah berhasil mengem­bangkan pertanian berterras yang sangat produktif.  Penterasan, pengo­lahan menurut garis kontur dan banyak praktek budidaya lainnya telah diadopsi dalam waktu yang lama untuk melestarikan sumber daya tanah dan air.
Pengelolaan lingkungan hidup pada hakekatnya merupakan upaya terpadu dalam hal-hal:
1.         Pemanfaatan
2.         Pengaturan
3.         Pemeliharaan
4.         Pengawasan
5.         Pengendalian
6.         Penyelamatan, dan
7.         Pengembangan, lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungna hidup merupakan suatu kesatuan mental dan upaya manusia untuk:
1.       Mengidentifikasi
2.       Mengorganisasi
3.       Mengklasifikasi
4.       Menganalisis, dan
5.       Mengevaluasi, sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna mengambil keputusan berbuat paling tepat bagi manfaat manusia yang berkesinambungan.
III.           Skala Kepentingan dalam
Pendugaan Dampak Lingkungan
Hasil-hasil dari program pembangunan wilayah yang luas (stasiun pembangkit, bendungan, jalan raya, dsb.) harus dievaluasi pada tiga skala waktu.
(a).    Selama Masa Konstruksi, lingkungan terganggu oleh per alatan berat pembongkar tanah, kemah-kemah  dan jalan-jalan sementara untuk kerja proyek.  Bagi penduduk setempat, kualitas hidup terganggu oleh adanya debu dan kebisingan serta oleh adanya konflik-konflik sosial.
(b).    Setelah selesainya pembangunan proyek,  rumput dan pe pohonan dita­nam kembali, dan jalan-jalan dipadatkan.  Tetapi jelas bahwa  lingkungan baru telah tercipta sebagai konsekwensi dari penggenangan lembah, diversi sungai, relokasi jalur lalulintas atau pelepasan secara rutin  bahan polutan ke dalam udara dan air.
(c).    Selama periode beberapa dekade, pembangunan proyek dapat menarik industri sekunder, dapat menyebabkan peningkatan populasi secara signifi­kan, dan dapat menim-bulkan berbagai kegiatan manusia yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya.  Setelah 50 tahun, pada saat  struktur-struktur orisinil  mungkin telah musnah, modifikasi lingkungan regional tampaknya jauh lebih penting daripada yang dibayangkan oleh pemrakarsa proyek.
Gambar 7.        Hubungan fungsional antara jumlah polutan dengan degradasi kualitas lingkungan
Pada kenyataannya hasil-hasil dari beberapa usulan proyek legislaitf (misalnya rencana untuk melarang penjualan pestisida) tidak dapat dibagi- bagi menjadi babakan-babakan waktu diskrit seperti di atas. Strategi pengelolaan lingkungan yang akan melibatkan  dampak jangka panjang  jelas menantang proses-proses pengambilan keputusan secara tradisional.  Basis-basis politis dan ekonomis dari suatu kegiatan dieva­luasi terhadap pengaruh-pengaruh jangka pendek dan menengah dari pasar.  Di sini analisis biaya-manfaat didasarkan pada suku-bunga yang berhubun­gan dengan  biaya investasi kapital saat sekarang, yang dimodifikasi untuk memperhitungkan  ketidak-pastian dan resiko, sehingga skala waktu­nya 10-15 tahun.   Sistem ekonomi  bertujuan untuk memaksimumkan  manfaat jangka pendek; pertimbangan ekologi menunjukkan cara-cara untuk memini­mumkan resiko jangka panjang.
Disamping skala-skala waktu yang dijelaskan di atas, ada beberapa skala ruang yang harus diperhatikan, yaitu:
(a).    Ruang sekitarnya, misalnya  di dalam batas pagar pabrik, atau di dalam daerah yang dirancang untuk pengendalian pestisida;
(b).    Wilayah;  misalnya daerah muara dari bendungan besar atau cerobong yang tinggi;
(c).    Benua dan dunia.

V.  Definisi-definisi

Lingkungan dan kualitas lingkungan telah didefinisikan, namun demikian hingga batas-batas tertentu kita perlu mendalaminya.  Dalam uraian di atas ada istilah "pendugaan dampak lingkungan".   Di sini kita akan mendefinisikan secara lebih tepat dalam rangka untuk melukiskan  bagaimana istilah ini dan istilah-istilah lain yang terkait akan diguna­kan .
Dalam skema berikut, kegiatan manusia meliputi usulan-usulan legislatif, kebijakan, program, proyek dan prosedur-prosedur operasional.  Efek Lingkungan didefinisikan  sebagai suatu proses (seperti erosi tanah, dispersi polutan, penggusuran manusia) yang dapat dipacu oleh kegiatan manusia.  Dampak Lingkungan merupakan perubahan neto (baik atau buruk) dalam hal kesehatan dan kesejahteraan manusia (termasuk kelestarian ekosistem dimana manusia hidup) yang dihasilkan dari efek lingkungan dan berhubungan dengan perbedaan antara kualitas lingkungan  yang akan terjadi "dengan" dan "tanpa" kegiatan yang sama (Gambar 6.8).  Indikator Dampak adalah suatu unsur atau parameter yang menyediakan suatu ukuran  (paling tidak secara kualitatif) besarnya dampak lingkungan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, kita tidak akan membahas dampak pada skala kontinental dan global.  Kita juga akan membatasi perhatian pada hal-hal berikut ini.  Sebelum perencanaan yang komprehensif  untuk pendugaan dampak lingkungan (Gambar 9) kita melalui serangkaian  taha­pan-tahapan yang semakin menyempit.
Perencanaan komprehensif didefinisikan sebagai semua aktivitas yang terlibat dalam  perencanaan regional dan nasional untuk masa depan.
Pendugaan Lingkungan (sinonim: analisis lingkungan) didefinisikan sebagai  aktivitas perencanaan lingkungan yang berkenaan dengan pendugaan kualitas lingkungan dalam kondisi alamiah dan kondisi binaan.  (Misalnya penentuan pola hujan di suatu negara, pencemaran air dalam suatu danau, dan lainnya).
Semula kita memandang bahwa mekanisme timbulnya dampak akibat dari kegiatan manusia adalah sbb.:

                                                        
                    Kegiatan manusia  
                                      
                          menyebabkan
                                          
                               Efek lingkungan     
                                          
                         yang menghasilkan
                                                                   
                               Dampak Lingkungan     
                                           
Tulisan ini membahas masalah pendugaan dampak lingkungan, yang didefinisi­kan sebagai aktivitas yang dirancang untuk mengidentifikasikan dan meramalkan dampak ter-hadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, yang timbul sebagai akibat dari usulan kegiatan legislatif, kebijakan, pro­gram, proyek, dan prosedur-prosedur operasional; serta untuk menginter­pretasikan dan mengkomunikasikan  informasi mengenai dampak tersebut (Gambar 8).  Kalau kata "pendugaan" digunakan sendirian, maka uraian yang mengiringinya yang akan menjelaskan apakah pendugaan lingkungan ataukah pendugaan dampak lingkungan yang sedang dibahas.

Kualitas Lingkungan
 

Sangat    
 baik           
          
           
                                      Kondisi lingkungan
                                      tanpa kegiatan
          
           
                                                                     Perubahan lingkungan
                                                                        yang menyebabkan dampak
          
                                                 
                                                    Kondisi lingkungan
                                                          dengan kegiatan
 

Buruk              

                                                          
         Waktu mulainya
                kegiatan                   
 

Gambar 8. Kerangka konseptual untuk menduga dampak lingkungan.  Kondisi referensi adalah kondisi tanpa kegiatan dan karena adanya perubahan- perubahan yang terjadi secara alamiah maka kondisi referensi tsb belum tentu melukiskan kondisi yang ada sekarang.

            PERENCANAAN KOMPREHENSIF     
                                              
                                               
                                           
                                           
                           PERENCANAAN LINGKUNGAN   
                                           
                                           
                                     
                                           PENDUGAAN    
                                          LINGKUNGAN   
                                     
                                     
    
                               
                                   PENDUGAAN  
                                        DAMPAK    
                                   LINGKUNGAN 
                                   
                                   
Gambar  9. Skope perencanaan dan pendugaan pada taraf regional dan nasional.

                         PENDEKATAN PENGENDALIAN DAMPAK
 

 
Penyesuaian                                                              Penyesuaian
Dampak (-)                                                                 Dampak (-)
Terencanakan                                                            mendadak/
                                                                                       darurat
 

Alternatif            Pengurangan/                Pikul:
Perubahan           pelunakan:                   Bahaya
                          Bahaya/kerugian            Kerugian
 

Perubahan           Perubahan                 Ringankan           Batas sebaran:        
Lokasi                   Proses                       dg ganti                       Bahaya           
                                                               rugi                              Kerugian
 

Perubahan           Tanggulangi
Manfaat                efek buruk
                             hingga batas              Tanggung             Tentukan   
                             toleransi                    bersama                lokasi
                                                                                             perlindungan
Gambar 10. Pendekatan pengendalian dampak lingkungan
Gambar  11. Dampak lingkungan akibat adanya pencemar/polutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar